Pengikut

x-hati.blogspot.com. Diberdayakan oleh Blogger.
Jumat, 28 Mei 2010

Cerita Masa Kecil

Cerita Masa Kecil ~ Keakraban yang direkatkan oleh kemampuan bertutur itu sekarang sudah hampir lenyap. Padahal dengan dongeng-dongeng itu anak-anak diajak berkenalan dengan interprestasi terhadap hidup atau kehidupan walaupun dengan cara yang sangat sederhana. Kini, peran mereka digantikan oleh "kotak ajaib" yang bisa diminta bercerita selama 24 jam penuh.

Di kala penulis belum merasa ngantuk, tapi waktu tidur di malam hari sudah tiba. Ayah menemani tidur dengan membawakan cerita-cerita-cerita legenda masa lalu, atau cerita-cerita nabi yang diambil dari kitab suci Al-Qur’an. Hingga penulis tidur nyenyak. Atau kalau sesekali waktu penulis diajak ayah dan ibu berlibur ke rumah kakek dan nenek di pinggiran kota atau ke desa-desa yang terpencil di kaki gunung. Tatkala bulan purnama bersinar terang benderang, anak-anak kecil sebaya penulis menggelar tikar lalu duduk lesehan melingkar di halaman. Seorang kakek atau nenek duduk di atas tikar dengan dikelilingi beberapa orang cucunya serta anak tetangga yang lain. Kakek atau nenek tua itu bercerita tentang dongeng masa lalu, baik yang imajiner yang berupa legenda dan fabel, atau yang realistis seperi riwayat para nabi dan shahabat, serta para pahlawan yang berjuang bagi bangsa dan tanah air.

Sungguh merupakan suatu pemandangan yang indah betapa akrab kakek dan nenek tua dengan para cucunya yang tercinta. Ajaran “akhlakul kharimah” selalu terselip di sela-sela dongeng yang mengandalkan improvisasi itu. Imajinasi anak-anak berkembang, dengan demikian kehalusan perasaan dan jiwa menjadi terlatih, sehingga lambat laun anak-anak dibawa pada kepekaan-kepekaan terhadap permasalahan-permasalahan kehidupan. Inilah barangkali hal-hal yang berharga dari tradisi masa lalu kita.

Kini nenek-nenek atau kakek-kakek zaman sekarang sudah banyak yang kesepian karena sebagian di antara mereka tiada mampu lagi mendongeng seperti kakek nenek zaman dulu. Keakraban yang direkatkan oleh kemampuan bertutur itu sekarang sudah hampir lenyap. Padahal dengan dongeng-dongeng itu anak-anak diajak berkenalan dengan interprestasi terhadap hidup atau kehidupan walaupun dengan cara yang sangat sederhana. Apalagi sekarang ada nenek dan kakek lain yang bisa mendongeng setiap hari secara marathon dari pagi hingga sampai tengah malam, yaitu kakek nenek “kubus” persegi empat panjang yang bernama TV. Namun tak lagi bercerita dengan selipan akhlakul kharimah, namun justru gambaran-gambaran yang tersisipi kerusakan akhlakul kharimah.

Cerita di atas dapat kita petik hikmahnya, kebiasaan kakek-nenek kita, orang tua kita dulu menanamkan nilai-nilai akhlak. Hal itu juga dilakukan Rasulullah saw. 14 abad silam di mana penanaman nilai-nilai akhlak kepada umat dilakukan Rasulullah dengan cara penyampaian. Saat itu Rasulullah duduk dikelilingi para sahabatnya di setiap majelis atau di dalam masjid. Sementara generasi sekarang ini lebih suka menonton TV daripada mendengarkan pengajian atau cerita-cerita dari orang tuanya. Lalu bagaimana sikap kita menghadapi permasalahan ini masalah pendidikan akhlak generasi muda yang telah banyak dipengaruhi media seperti TV?

1. Peran Orang Tua dan Pendidik.
Orang tua dan pendidik harus ekstra hati-hati. Mereka jangan cuma kasih nasihat: “Anak-anak harus banyak membaca, biar lekas pintar. Jangan banyak-banyak nonton TV.” Sementara anak-anak tidak diperhatikan apa yang dibacanya, atau bahkan orang tua asyik menonton TV sementara anak-anak disuruh banyak membaca. Orang tua juga harus memerhatikan buku yang dibaca anak-anak, hadits Al-Qur’an kalau perlu orang tua ikut menyimak jika si anak membaca Al-Qur’an. Jangan biarkan anak-anak membaca buku-buku komik, novel, tabloid bahkan majalah-majalah yang berbau maksiat. Rasulullah saw. pernah bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan berfitrah (muslim yang berakidah lurus). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (H.R. Bukhari-Muslim).

2. Membaca Buku Tarikh
Arahkan anak untuk banyak membaca buku-buku daripada menonton TV. Sediakan buku-buku tarikh atau sejarah Islam yang baik dan berkualitas. Minat baca yang menggebu-gebu akan banayak memberikan informasi positif yang bisa diserap, sebagai remaja muslim. Lebih baik kalau kita membanggakan tokoh-tokoh dalam sejarah Islam, Seperti Umar bin Khathab, Bilal bin Rabbah, dan Umar bin Abdul Aziz; Merekalah orang-orang terbaik pada masanya. Seperti sabda Rasulullah: “ Sebaik-baik generasi adalah yang hidup di dalam jamanku ini, lalu diikuti satu generasi sesudah mereka, lalu diikuti lagi satu generasi sesudah mereka (H.R Al-Bukhari).


3. Banyak Belajar Ngaji
Cara mengerem keinginan untuk banyak menonton TV adalah dengan menggali aktivitas lain yang bermanfaat, sepeti kegiatan kajian Islam, atau belajar mengaji baik disimak langsung oleh orang tua, maupun mendatangkan guru untuk mengaji.

Biar mata kita terbiasa melihat hadits nabi, ayat-ayat Al-Qur’an, dan petuah-petuah para ulama, kita harus banyak membaca Al-Qur’an dan belajar agama. Tinggalkan banyak menonton TV. “Bagaimana kalau ketinggalan jaman?“ Tidak mungkin kita ketinggalan jaman sepanjang kita masih hidup, hanya orang yang sudah mati yang ketinggalan jaman. Justru kita hadapi jaman ini dengan ilmu dan ibadah. Kalau maksudnya ketinggalan teknologi? Belajar teknologi tidak harus dengan sering menonton TV. Kita bisa baca buku, mengikuti diskusi-diskusi ilmiah, belajar tekun di sekolah maka dijamin kita tidak akan ketinggalan jaman dan ketinggalan teknologi. Yang harus kita takutkan sebenarnya adalah: “Ketinggalan masuk surga”. Semoga Allah melindungi kita dari pengaruh buruk media TV. (As)

Selengkapnya...